Profil Lengkap Hasanan: Penjaga Sejarah dan Budaya Kayong Utara

Hasanan

Hasanan, lahir di Rantau Panjang pada tanggal 21 Oktober 1978, seorang figur yang berdedikasi tinggi terhadap keluarga dan komunitasnya. Dia memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Beliau saat ini menetap di Jalan Provinsi RT/RW 005/002 Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, 78853. Untuk berkomunikasi dengan Hasanan dapat dihubungi melalui nomor telepon 0822 5434 0912 atau email hasananvespa@gmail.com


Latar Belakang Pendidikan dan Karier

Meski pendidikan formal terakhirnya adalah di SPP/SPMA jurusan Hortikultura yang diselesaikannya pada tahun 1999, Hasanan telah menunjukan jalur karier yang jauh melampaui bidang tersebut. Saat ini, dia memegang dua peran penting yang menunjukan komitmennya terhadap warisan budaya dan pembangunan daerah. Hasanan menjabat sebagai anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Kayong Utara, sebuah posisi krusial dalam pelestarian peninggalan bersejarah. Di samping itu, dia juga mengemban amanah sebagai Kepala Desa Rantau Panjang, memimpin dan melayani masyarakat di desanya.


Kontribusi dalam Penelitian dan Penulisan Sejarah

Kecintaan Hasanan pada sejarah dan budaya lokal terlihat jelas dari berbagai karya tulis dan penelitiannya. Produktivitasnya di bidang ini sungguh mengesankan, dengan berbagai publikasi yang mencakup cerita rakyat hingga kajian sejarah mendalam:

·      Kisah Kepahlawanan dan Cerita Rakyat: Ia telah mengabadikan cerita-cerita lokal seperti "Kisah Kepahlawanan Bujang Kerepek" (2013), kumpulan "Cerita Rakyat Kabupaten Kayong Utara" (2013), "Nek Gegasi dan Ahmad" (2013), "Batu Belah Batu Betangkop" (2013), "Harimau dan Kucing Tanah Kayong" (2013), "7 Putri dan Seekor Biawak" (2013), dan "Kucing dan Harimau" (2013).

·   Kajian Sejarah Lokal dan Wilayah: Hasanan juga menyelami sejarah lebih dalam melalui karyanya "Sedahan Tempo Dulu dan Sekarang (Sejarah, Legenda dan Pesona Negeri Nek Sedah)" (2018), "Sejarah Desa Rantau Panjang dari Masa Kerajaan Hingga Kini" (2019), "Jurnal “Padah Sejarah “" (2020), serta laporan "Arsip Riset Cagar Budaya 2011-2021". Ia juga menyoroti isu lingkungan dalam "Sejarah Mengeruk Alam Kalimantan dari Masa Kerajaan Hingga Kini" (2021) dan mengangkat kembali sejarah kota lama dalam "Sejarah Sukadana, Kota Tua di Kalimantan Barat yang Terlupakan" (2021).

·      Sejarah Kerajaan dan Pusaka: Dedikasinya pada sejarah kerajaan lokal tampak dari tulisan-tulisannya seperti "Kisah Intan Danau Raja Kerajaan Tanjungpura, Pusaka Ratu Mas Intan Jaitan" (2021), kajian kritis "Benarkah Komplek Makam Keramat Tok Mangku Sukadana Merupakan Pusara Raja-raja Tanjungpura Abad ke-15 – 16?" (2021), dan kompilasi "Sejarah Melayu Kayong dari Zaman Kerajaan Tanjungpura, Sukadana, Matan dan Simpang" (2021).


Peran Aktif dalam Pengembangan dan Pelestarian Budaya

Hasanan tidak hanya aktif menulis, tetapi juga berperan sebagai narasumber dalam berbagai kegiatan penting, yang berfokus pada pelestarian adat dan budaya. Dia sering berbagi pengetahuannya dalam seminar dan lokakarya, seperti "Bedah Buku Sejarah Kerajaan Simpang" (2012), "Penyusunan Buku Sejarah Pulau Karimata dan Tradisi Nyemah Laut" (2016), "Pelestarian Adat dan Budaya di Era Moderen" (2019), dan "Jejak Bandar Sukadana di Abad ke-16 – 17" (2019). Diaa juga memperkaya pengetahuannya sebagai peserta dalam "Workshop Penulisan Sejarah Lokal" (2017).

Keterlibatannya dalam pelestarian cagar budaya didukung oleh sejumlah dokumen resmi, menegaskan perannya sebagai ahli yang diakui:

·      Anggota Tim Ahli Sejarah Kerajaan Tanjungpura, Matan dan Simpang sejak tahun 2009, dengan penetapan ulang pada tahun 2020 melalui SK Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara.

·         Pada tahun 2020, dia juga diangkat sebagai Anggota Tim Juru Sejarah dan Ahli Cagar Budaya Kerajaan Simpang oleh Yayasan Sultan Muhammad Jamaluddin Kerajaan Simpang.

·         Tugas-tugas spesifiknya meliputi koordinasi renovasi makam Sekusor (2016), inventarisasi objek diduga cagar budaya (2019), dan tindak lanjut laporan masyarakat terkait cagar budaya (2021), semuanya melalui surat tugas dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara.

·     Kompetensinya semakin diperkuat dengan keikutsertaannya dalam sertifikasi Tenaga Ahli Cagar Budaya (2022) dan kepemilikan Surat Keterangan sebagai Tenaga Ahli Cagar Budaya dan Sejarah dari Dinas Pendidikan Kabupaten Kayong Utara (2022), serta Rekomendasi untuk uji kompetensi Sertifikasi Ahli Cagar Budaya pada tahun yang sama.


Karya Audiovisual dan Apresiasi

Selain tulisan, Hasanan juga merambah medium audiovisual untuk menyebarkan kekayaan sejarah dan budaya, menghasilkan berbagai karya seperti:

·            Film Dokumenter: "Menabur Harapan di Bumi Rantau Panjang" (2010), "Jejak Cagar Budaya di Kayong Utara" (2012), dan "Jejak Tanjungpura" (2016).

·            Musik dan Film Fiksi: Ia menciptakan "Album Lagu Melayu Kayong" (2015) dan merilis film fiksi "Bunge Arum Cempane" (2019), serta semi-dokumenter "Sejarah Perang Belangkaet" (2020).

Dedikasi dan kontribusinya telah mendapatkan pengakuan luas, dibuktikan dengan berbagai sertifikat dan piagam penghargaan, di antaranya:

·            Apresiasi sebagai Narasumber dalam seminar-seminar penting (2012, 2016, 2019).

·    Penghargaan sebagai Pejuang dan Penjaga Eksistensi Adat Budaya dari Lembaga Adat Perundohan Tanah Simpang (2018).

·     Piagam Penghargaan dari Dinas Pendidikan Kayong Utara (2020 & 2021) atas dedikasi, sumbangsih, partisipasi aktif dan kerja kerasnya dalam pelestarian objek cagar budaya.

·    Penghargaan dari Raja Kerajaan Simpang Matan VIII (2020) dan Sultan Muhammad Jamaluddin III (2020) atas pengabdian dan dukungannya terhadap adat, budaya, serta keberhasilan film "Perang Belangkaet".

·            Certificate dari Bupati Kayong Utara (2021) atas partisipasinya dalam Webinar Sejarah.

Beberapa kajian dan karyanya juga telah dapat diakses secara daring, seperti "Menabur Harapan di Bumi Rantau Panjang," "Jejak Cagar Budaya di Kayong Utara," "Album Lagu Melayu Kayong," "Jejak Tanjungpura," "Bunge Arum Cempane," "Perang Belangkaet," dan beberapa versi dari "Sejarah Desa Rantau Panjang."

 

Posting Komentar

0 Komentar