Profil ISYA FACHRUDI: Penjaga dan Peneliti Warisan Budaya Kayong Utara

Isya Fachrudi

ISYA FACHRUDI, lahir di Teluk Melano pada tanggal 28 November 1974, ia adalah seorang yang berdedikasi tinggi dalam pelestarian sejarah dan cagar budaya. selain dibidang Cagar Budaya ia juga sebagai Anggota DPRD Kayong Utara.  Saat ini ia berdomisili di Jl. Sei Mengkuang, Desa Pangkalan Buton, Sukadana, Kalimantan Barat. Untuk komunikasi, ISYA FACHRUDI dapat dihubungi melalui nomor telepon 082290576918 atau email isyafachrudi62@gmail.com. Ia juga terdaftar dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) 6111012811740001.


Latar Belakang Pendidikan dan Peran Profesional

Meskipun pendidikan formal terakhirnya adalah SMA jurusan IPA yang diselesaikannya pada tahun 1991, ISYA FACHRUDI telah membangun keahlian dan reputasi yang mendalam di bidang sejarah dan cagar budaya. Saat ini, ia aktif berkarya sebagai pengggiat Sejarah dengan mengikuti Skema Sertifikasi Ahli Cagar Budaya Pratama, yang mencakup beberapa elemen kompetensi, hal menunjukkan komitmennya terhadap profesionalisme di bidang Cagar budaya.


Pengalaman Penelitian dan Karya Tulis

ISYA FACHRUDI memiliki rekam jejak yang kaya dalam penelitian dan penulisan terkait cagar budaya. Karya-karyanya mencerminkan fokusnya pada sejarah lokal dan narasi budaya di Kalimantan Barat:

·         Penelitian Mendalam: Ia terlibat dalam "Arsip Riset Cagar Budaya 2011-2021" (2021) dan "Penelusuran Sejarah Kerajaan Tanjungpura, Matan dan Simpang" (2021), serta melakukan penelitian "Sejarah Kerajaan Simpang Matan" (2019).

·         Kajian Jurnal dan Tulisan Berbagai Tema: ISYA FACHRUDI juga berkontribusi pada "Padah Sejarah (Jurnal Kajian Sejarah & Budaya)" (2020) dan menulis tentang sejarah lokal seperti "Sejarah Desa Sungai Paduan" (2010), "Tauladan Kaya Manka dari Perjuangan Gusti Panji" (2011), "Serangan Mataram ke Sukadana dan Politik Ratu Mas Jaintan" (2018), serta "Kisah Ratu Mas Jaintan dari Kerajaan Landak" (2016).

·         Melestarikan Hutan Adat dan Situs Penting: Ia juga mengangkat isu lingkungan dan budaya melalui "Rimba Kumang Hutan Adat yang Terlupakan" (2019).

·         Jejak Sejarah dan Misteri: Karya-karyanya juga mencakup "Jejak Tanjungpura" (2015), "Jejak Makam Ratu Soraya Di Sukadana" (2018), dan "Misteri dan Sejarah Gunung Lalang Sukadana" (2014).

·         Hubungan Antar Kerajaan dan Isu Kontemporer: Ia juga mengkaji "Hubungan Kesultanan Brunei dan Sukadana" (2019) dan "Wilayah Kekuasaan Kerajaan Simpang Dan Dilema Hak Ulayat" (2021).

·         Karya Terkini: Bahkan di tahun 2025, ia sudah memiliki karya yang direncanakan seperti "Makalah Kawasan Simpang Keramat."


Keterlibatan dalam Diklat, Seminar, dan Pelestarian Cagar Budaya

ISYA FACHRUDI aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang meningkatkan kapasitas dan menyebarluaskan pengetahuan tentang sejarah dan budaya. Ia sering berperan sebagai Narasumber dalam kegiatan seperti:

·         Seminar Sejarah Kerajaan Tanjungpura, Matan, dan Simpang (2021) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kayong Utara.

·         Workshop Seni beturo (2022).

·         Seminar Penentuan Situs Cagar Budaya di Wilayah Simpang Hilir (2019).

Ia juga pernah menjadi Peserta dalam Workshop Aspek Teknis dalam Meneliti dan Menulis Sejarah oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur (2021) dan Seminar Internasional Brunei, Malaysia, dan Indonesia tentang Ratu Soraya (2021).

Komitmen ISYA FACHRUDI dalam pelestarian cagar budaya juga didukung oleh berbagai surat keputusan dan surat tugas resmi:

·         Ia menjabat sebagai Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kayong Utara.

·         Di tahun 2020, ia juga diangkat sebagai Koordinator Tim Penelusuran Sejarah  

·         Sebagai Tim Ahli, ia terlibat dalam berbagai tugas lapangan seperti inventarisasi objek cagar budaya (2019), penggalian informasi dan penyelamatan objek yang diduga cagar budaya (2021), koordinasi cagar budaya dengan PT. Jalin Vaneo (2016), serta penyelamatan objek cagar budaya Gunung Sembilan Tambak Rawang (2014) dan identifikasi cagar budaya di Desa Matan (2015).

·         Perannya sebagai Juru Sejarah juga dikukuhkan melalui SK Kerajaan pada tahun 2019 yang membentuk Tim Ahli Sejarah Kerajaan.

·         Sebuah Surat Keterangan pada tahun 2025 juga menerangkan dirinya sebagai pelestari cagar budaya di Kayong Utara sejak tahun 2011, menegaskan konsistensinya dalam bidang ini.


Pengakuan dan Penghargaan

Dedikasi dan kerja keras ISYA FACHRUDI telah diakui melalui berbagai piagam penghargaan:

·         Ia menerima Piagam Penghargaan pada tahun 2021 sebagai penggiat budaya dan sejarah.

·         Pada tahun 2020, ia juga diakui sebagai pelestari cagar budaya.

·         Lembaga Adat Pertasim memberikan Piagam pada tahun 2018 atas kerja keras dan pengabdiannya di bidang budaya.

·         Sebuah Piagam Penghargaan lain pada tahun 2020 kembali mengapresiasi kerja kerasnya di bidang budaya dan sejarah.

Posting Komentar

0 Komentar