![]() |
Ilustrasi by Madi LSM |
Masyarakat Simpang di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat,
memiliki jalinan kepercayaan yang kaya akan kisah-kisah gaib. Narasi-narasi ini
tidak sekadar dongeng pengantar tidur, melainkan juga berfungsi sebagai penjaga
nilai moral, penjelas fenomena alam, dan pengukuh hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya. Dua di antara mitos yang menarik adalah Hantu Janji dan Puake Gajah Mine.
Hantu Janji
Hantu Janji adalah entitas gaib yang dipercaya akan muncul jika seseorang
tidak menepati janjinya. Menurut keyakinan masyarakat Simpang, Hantu Janji ini
akan datang dan menyerupai orang yang telah berjanji. Oleh karena itu, dalam
masyarakat Simpang, menepati janji adalah sebuah pantangan mutlak yang harus
dipegang teguh. Jika seseorang berjanji untuk datang pada seseorang dan tidak
menepatinya, dikhawatirkan Hantu Janji akan datang dan bahkan bisa mencelakai
orang yang telah dijanjikan tersebut.
Hikmah mengenai keberadaan
mitos Hantu Janji ini memiliki beberapa fungsi penting:
·
Penguat Moral dan Etika Sosial: Mitos ini berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial yang
sangat efektif. Ia menanamkan nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam
bertutur kata serta bertindak. Dalam masyarakat komunal, kepercayaan dan
menepati janji adalah fondasi utama untuk membangun kepercayaan dan menjaga
stabilitas hubungan sosial. Ketidakmampuan menepati janji bisa merusak tatanan
sosial, dan Hantu Janji hadir sebagai penjelmaan dari konsekuensi negatif atas
pelanggaran etika ini.
·
Pendidikan Karakter: Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk serius dengan janji
mereka. Ancaman dari Hantu Janji bukan hanya menakutkan, tetapi juga mendidik
tentang pentingnya tanggung jawab pribadi.
·
Penjelasan Konsekuensi Tak Terduga: Jika terjadi hal buruk pada pihak yang
dijanjikan setelah janji tidak ditepati, mitos ini bisa menjadi penjelasan yang
"rasional" dalam kerangka kepercayaan mereka, mengaitkan musibah
dengan pelanggaran janji.
Puake Gajah Mine
Di
kalangan nelayan dan masyarakat pesisir Tanah Kayong, khususnya di sekitar
Kepulauan Karimata, beredar kisah tentang Puake
Gajah Mine atau juga disebut Gajah
Mina. Puake ini adalah makhluk laut mitologi yang dicirikan memiliki tubuh gajah namun dengan kombinasi ikan.
Meskipun tidak sering dijumpai, makhluk ini sangat akrab di kalangan nelayan
yang sering berlayar jauh ke laut dan diyakini keberadaannya.
Para tetua dahulu
menggambarkan Puake Gajah Mine ini memiliki ukuran yang sangat besar, sebanding
dengan ikan paus dewasa, bahkan sebesar rumah. Ia memiliki bulu di tubuhnya
serta kepala, belalai, dan gading yang persis seperti kepala gajah di daratan.
Beberapa tempat, seperti di Kepulauan Karimata, bahkan dipercaya ada yang
menyimpan gading dari binatang mitologi ini, menguatkan keyakinan akan
keberadaannya.
Puake Gajah Mine
melambangkan:
·
Representasi Kekuatan dan Misteri Laut: Lautan adalah ruang yang luas, tak terbatas,
dan seringkali berbahaya. Puake Gajah Mine menjadi personifikasi
dari kekuatan dan misteri laut yang tak terjamah, mengingatkan manusia
akan keterbatasan mereka di hadapan alam raya. Keberadaannya menggarisbawahi
bahwa ada hal-hal di lautan yang jauh melampaui pemahaman manusia.
·
Penjaga Ekosistem Maritim: Seperti halnya makhluk gaib lain yang menjaga
daratan, Puake Gajah Mine bisa jadi simbol spiritual yang mengingatkan nelayan
untuk menghormati laut dan sumber dayanya.
Meskipun tidak ada pantangan eksplisit yang disebutkan, kehadirannya secara
tidak langsung mendorong perilaku yang hati-hati dan berkelanjutan dalam
pemanfaatan laut.
·
Kekayaan Imajinasi dan Pengetahuan Tradisional: Deskripsi detail tentang tubuh, bulu, dan
belalai menunjukkan kekayaan imajinasi masyarakat serta akumulasi pengetahuan
tradisional tentang makhluk laut, yang kemudian digabungkan dengan
elemen-elemen dari daratan (gajah) untuk menciptakan gambaran yang kuat dan
mudah dipahami.
·
Perlindungan atau Peringatan: Bagi nelayan, kisah tentang makhluk sebesar
itu bisa berfungsi sebagai peringatan akan bahaya di laut lepas, sekaligus
sebagai harapan akan perlindungan dari entitas kuat yang mungkin berinteraksi
dengan mereka.
Penulis: Miftahul Huda
Narasumber: Gusti Bujang
Mas
Catatan:
Artikel ini telah menjadi salah satu isi buku "ADAT ISTIADAT SIMPANG
MATAN". Jika ingin menyalin artikel ini, mohon sertakan sumber dari kami
atau konfirmasi ke 085246595000 untuk mengetahui perkembangan penelitian kami.
Terima kasih, salam budaya.
0 Komentar