KLIK FOTO UNTUK MENDONLOAD PROFIL LENGKAP BELIAU DALAM BENTUK PDF
Jamahari (lahir di Kampung Baru, 21 Mei 1971), adalah
tokoh sentral dalam pengembangan dan pelestarian seni serta budaya Melayu di
Kabupaten Kayong Utara. Dikenal dengan gelar kehormatan Sri Lelanata dari Kai Mangku Negeri Tanjungpura
Darussalam (2017), Jamahari memiliki spektrum keahlian yang luas, mulai dari
desain batik, musik, tari, sastra lisan, seni kriya, hingga seni peran.
Setelah menyelesaikan
pendidikan formal hingga SMA di Sukadana pada tahun 1991, Jamahari
mendedikasikan dirinya pada penguatan warisan budaya lokal. Keahliannya
mencakup hampir seluruh dimensi seni tradisional Melayu Simpang Matan:
·
Seni
Rupa & Kriya: Pencipta motif batik
khas Kayong Utara dan pembuat alat musik/kriya tradisional.
·
Seni
Sastra Lisan: Pembina aktif Seni Kengkarangan/Syair Gulung dan Seni Betutur (seni bercerita khas Simpang Matan).
·
Seni
Pertunjukan: Pelatih Tar (Hadrah Tradisi), Seni Tari Tradisional,
Pangkak Gasing (permainan tradisional), dan memiliki
pengalaman sebagai pemain utama dalam film dan seni peran.
Kontribusi terbesar
Jamahari terlihat pada karya cipta yang secara fundamental membentuk identitas
budaya visual Kayong Utara:
·
Pencipta
Batik Khas Kayong Utara (2014): Beliau menciptakan motif-motif batik ikonik seperti DURIAN JANTUNG, KETUKUNG KERAK, dan DURIAN SENGGAYONG. Motif-motif ini tidak hanya dipakai
oleh pejabat daerah, tetapi juga dijadikan seragam batik wajib
bagi pelajar SD hingga SMA se-Kabupaten Kayong Utara, serta baju wajib ASN pada
acara-acara penting.
·
Pencipta
Lagu Daerah: Menciptakan lagu-lagu
daerah yang populer seperti "BELANGKAET"
(dijadikan soundtrack film kolosal), "SENGGAYONG",
"WISATA KAYONG", dan "RENTAK BUJANG DARE".
·
Seni
Pertunjukan dan Film: Sebagai pemain utama,
ia menghidupkan karakter dalam film-film bergenre fiksi dan sejarah lokal,
seperti "PERANG BELANGKAET" (2020), "UJANG TAMPOY NAIK UTO" (2013), dan film
bertema mitos "KIRANA; Sebuah Mantra di Karimata" (2020).
Beliau juga menjadi Narasumber (NARSUM) dalam film dokumenter sejarah seperti "JEJAK CAGAR BUDAYA KAYONG UTARA" (2015) dan "ASAL USUL SUKU MELAYU KAYONG" (2019).
·
Tari
Kreasi: Menciptakan tari
kreasi Jepin Langkah Serong (2013).
Jamahari aktif sebagai
penggerak budaya melalui berbagai organisasi:
·
Koordinator
Pelestari Budaya MABM (Majelis Adat Budaya Melayu) Kayong Utara.
·
Pendiri
Sanggar Seni Budaya Simpang Betuah dan Penasehat di berbagai sanggar dan lembaga, termasuk Lembaga Simpang Mandiri dan Perundohan
Tanah Simpang (PERTASIM).
·
Pembina
Seni Budaya di SMA dan MTs
Simpang Hilir (2009–2019), serta Pelatih Permainan Tradisional.
Kualitas karyanya
diakui secara luas, dibuktikan dengan sejumlah penghargaan bergengsi:
·
Juara
1 Lomba Desain Batik Khas Kayong (2014) dari DEKRANASDA Kayong Utara.
·
Juara
1 Lomba Balas Pantun (2019 dan 2018) dan Juara I Lomba Bunga Pencak Silat (2018).
·
Penghargaan
Tokoh Seniman dan Budaya
(2023) dan Penghargaan sebagai Pemain Film Perang Belangkaet
(2020) dari Raja Simpang Matan.
·
Pengakuan
Internasional: Menerima sertifikat atas
partisipasi luar biasa dalam Music and Dance Workshop
dan Regional Collaboration dari National
Arts Council Singapore (2017).
0 Komentar