![]() |
MIFTAHUL HUDA |
Miftahul Huda Lahir di Desa Wonorejo, Kecamatan Seponti, Kayong Utara,
pada Minggu, 5 Mei 1985, tepat di malam bulan purnama. Kelahirannya yang
istimewa ini membuat ia diberi nama kecil Joko Purnomo. Namun, seiring
berjalannya waktu, serangkaian sakit-sakitan yang kerap menimpanya mendorong ke
dua orang tua untuk mengambil keputusan dengan memberinya nama baru, Miftahul
Huda, dengan harapan akan membawa keberkahan dan petunjuk sesuai makna dibalik
nama arab tersebut.
Miftahul Huda, atau yang akrab disapa Huda, tumbuh besar dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai religius dan etos kerja keras.Terlahir dari pasangan Fatkhurrahman, seorang petani ulet, dan Umi Salamah, seorang guru agama Islam yang berdedikasi, Huda—sapaan akrabnya—telah dikenalkan pada pendidikan non-formal (agama) sejak dini oleh nenek, ayah, dan ibunya sendiri. Pondasi spiritualnya semakin bertambah ketika ia dititipkan untuk belajar mengajik kepada beberapa kiai di tempat kelahirannya, termasuk almarhum Kiai Syahroni, Mbah Muhlas, dan almarhum Kiai Nachrawi.
![]() |
Miftahul Huda Remaja |
Mengasah Minat Literasi dan Spiritualitas di Masa Remaja
Sejak
duduk di bangku kelas 3 SD, Miftahul Huda sudah menunjukkan ketertarikan pada
dunia literasi. Membaca adalah kegemarannya, ia sangat antusias dalam setiap tugas
mengarang di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Minat ini terus tumbuh seiring
waktu.
Memasuki
usia Tsanawiyah (SMP), Huda bersama keluarganya pindah ke Teluk Melano. Di
sana, ia sempat tinggal selama setahun bersama H. Muhammad Salim, seorang tokoh
agama terkemuka di Kecamatan Simpang Hilir. Kesempatan ini dimanfaatkannya
untuk mendalami ilmu agama, khususnya ilmu tajwid dan seni membaca Al-Quran,
yang menjadi bekal spiritualnya.
Setelah
setahun, Huda kembali bersama orang tuanya. Masa remajanya diisi dengan
rutinitas padat: siang hari sekolah di MTs, sementara sore hingga pagi
dihabiskannya untuk menimba ilmu di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, asuhan
almarhum Ustadz Marnaen Noer di Kampung Madura, Desa Medan Jaya saat ini. Di
pondok ini, Huda menyelami kitab-kitab dasar pesantren salaf yang mengajarkan
ilmu alat (nahwu-shorof), akhlak, tauhid, fikih, dan lain lain.
Disiplin dan Produktivitas
Masa remaja Huda adalah cerminan dari disiplin dan etos
kerja yang tinggi. Selain belajar di sekolah dan pondok, ia juga aktif membantu
orang tuanya. Setiap pagi, usai pulang dari pondok, ia mengurus ayam dan
membereskan dapur, sebuah tugas yang kerap ia lakukan sebagai anak pertama dari
semua saudara laki-laki. Setelah itu, ia bergegas menyadap pohon karet di kebun
mereka. Menjelang pukul 07.00 pagi, ia mengantar ibunya mengajar dengan sepeda
engkol, bergantian dengan ayahnya.
Di sela-sela aktivitas tersebut, Huda terbiasa memasak
terlebih dahulu, lalu membantu sang ayah di kebun hingga pukul 10.00 pagi untuk
mengangkat hasil sadapan karet. Sekitar pukul 11.00-12.00, ia menjemput ibunya.
Siang harinya, pukul 12.30-13.00, ia berjalan kaki menuju MTs, menerobos kebun
kelapa. Sepulang sekolah, ia kembali mengurus ayam, atau langsung menuju pondok
hingga pagi berikutnya. Rutinitas padat ini ia jalani selama dua tahun.
Perjalanan Literasi: Dari
Perpustakaan Hingga Karya Perdana
Di
tengah segala kesibukannya, Huda remaja tak
pernah luput untuk membaca buku. Di masa
MTs, ia begitu tertarik pada beragam genrebuku dari mulai: mistik, sufi,
kisah-kisah heroik, ilmu pengetahuan, dan sains. Ia menjelajahi hampir seluruh
koleksi buku di perpustakaan sekolahnya. Sensasi mendapatkan koleksi buku baru
di setiap perpustakaan sekolah barunya adalah hal yang paling dinanti,
mengingat ia kerap berpindah sekolah dari SD hingga SMA. Perpustakaan menjadi
tempat favoritnya, dan ia rutin meminjam buku untuk dibaca di rumah.
Menjelajahi Dunia Kepenulisan dan
Penggerak Komunitas
Setelah
menamatkan Aliyah, Miftahul Huda sempat mencoba masuk ke beberapa perguruan
tinggi, namun tidak pernah menyelesaikannya. Pada tahun 2005, sambil mengajar
di SMPN 03 Ketapang (2005-2008) dan bekerja sebagai teknisi komputer, Huda
semakin serius menekuni hobi menulisnya. Genre yang ia geluti saat itu beralih
ke novel, naskah film, dan cerita-cerita pendek.
Tahun
2006, tekadnya semakin bulat untuk serius berkarya. Ia bersama rekan-rekannya
mendirikan sebuah wadah seni bernama Komunitas Simpang Mandiri. Sejak
saat itu, Huda fokus pada penulisan skenario film. Kiprahnya tak berhenti di
situ. Ia menjadi Ketua Lembaga Simpang Mandiri (sejak 2005 hingga kini),
Pimpinan Redaksi Warta Kayong (sejak 2011), Pembina Sanggar Multimedia
Teknologi Mandiri (sejak 2014), dan penggagas beberapa inisiatif penting
seperti Pendiri Web Kayong Tourism (2015) dan Pendiri Literasi Sejarah
Tanah Kayong (2018).
Perjalanan
Huda adalah cerminan dari semangat
belajar dan berkarya yang tak pernah padam. Dari seorang anak petani yang ulet
dan disiplin, ia bertransformasi menjadi seorang penulis, penggerak komunitas,
dan penjaga warisan budaya Kayong Utara. ia juga pernah terlibat dalam berbagai organisasi seperti MUI Kayong Utara, Sekretaris PARFI KKU, Anggota Dewan Pendidikan Kayong Utara, hingga
menjadi Anggota Tim Ahli Cagar Budaya
(TACB) Kayong Utara, menunjukkan dedikasi dan komitmennya yang tinggi
terhadap pengembangan daerah dan pelestarian budayanya. Miftahul Huda, telah
menikah dan kini bertempat tinggal di Dusun Tembok Baru, Desa Rantau Panjang,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, terus berkarya dan memberikan
kontribusi nyata bagi masyarakat dan daerahnya.
Kiprah Miftahul Huda di Bidang Perfilman Kayong Utara KALBAR
Miftahul Huda
adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan perfilman lokal di Kabupaten
Kayong Utara, Kalimantan Barat. Kiprahnya dimulai sejak tahun 2006 ketika ia
mendirikan Komunitas Simpang Mandiri, sebuah wadah seni dan budaya
yang menjadi ruang kreativitas bagi generasi muda, khususnya dalam bidang seni
peran dan produksi film.
Melalui komunitas ini, Huda
mulai aktif menulis skenario film dengan mengangkat tema-tema lokal, seperti
kehidupan masyarakat pesisir, adat istiadat, dan dinamika sosial di Kayong
Utara. Ia dikenal sebagai penulis skenario yang mampu menyuarakan suara rakyat
kecil dan merekam budaya lokal dalam bentuk visual yang kuat dan mengena.
Huda juga berperan sebagai
pelatih, sutradara, dan produser dalam berbagai produksi film pendek,
dokumenter, hingga karya fiksi. Beberapa karyanya bahkan pernah diputar di
ajang-ajang lokal dan nasional, serta mendapat apresiasi karena keberanian
menyuarakan isu-isu sosial melalui pendekatan sinematik. Selain itu,
keterlibatannya dalam Workshop Eagle Award Metro TV di Pontianak tahun
2009 turut memperkuat kemampuannya dalam menyusun konsep dan alur dokumenter
yang profesional.
Sebagai Sekretaris PARFI
(Persatuan Artis Film Indonesia) Kayong Utara pada tahun 2015, Huda aktif
membangun jejaring dan memperluas akses komunitas film lokal ke dunia perfilman
nasional. Ia juga mendorong regenerasi pelaku film di daerahnya dengan melatih
sineas muda dan membina sanggar multimedia. Komitmen Huda terhadap perfilman
tidak hanya pada aspek produksi, tetapi juga edukasi dan dokumentasi budaya. Ia
meyakini bahwa film merupakan media yang efektif untuk menyampaikan nilai,
sejarah, dan realitas masyarakat kepada publik yang lebih luas.
Melalui dedikasinya, Miftahul
Huda telah memberi warna tersendiri dalam perkembangan seni visual dan film di
Kayong Utara, serta membuka jalan bagi sineas-sineas lokal untuk berkarya dan
dikenal lebih luas.
Kiprah Miftahul Huda di Dunia Penulisan di Kayong Utara dan Kalimantan Barat
Miftahul
Huda merupakan salah satu tokoh literasi dan penulis produktif dari Kayong
Utara yang telah memberi kontribusi besar terhadap pengembangan dunia penulisan
di Kalimantan Barat, khususnya dalam bidang sejarah, budaya, sastra, dan seni.
Kiprahnya tidak hanya membuahkan karya-karya yang bernilai, tetapi juga
mengangkat dan melestarikan kekayaan lokal yang hampir terlupakan.
Pada 2009 dan
2011, Huda menerbitkan novel berjudul Mega Merah Saksi Bisu (jilid I
dan II), sebuah karya sastra fiksi yang sarat makna, menggambarkan dinamika
kehidupan dan pergulatan sosial. Kedua novel ini menegaskan kemampuannya dalam
merangkai cerita yang kuat dan penuh nilai-nilai lokal.
Minatnya
dalam bidang sejarah dan budaya lokal sangat menonjol. Hal ini terlihat dari
karya-karya seperti Jurnal Penelitian Sejarah Kerajaan Simpang Matan
(2013), Arsip Riset Cagar Budaya Kayong Utara (2020), hingga Alih
Aksara Manuskrip Asal Usul Bangsa Alkadire dan Silsilah Kerajaan
Sambas (2024). Huda berhasil mengangkat sejarah kerajaan-kerajaan di
Kalimantan Barat yang selama ini kurang terdokumentasi secara tertulis.
Karyanya juga menyentuh ranah
folklor dan cerita rakyat, seperti Cerita Rakyat Kayong Utara (2017), Sejarah
dan Cerita Rakyat Tanah Kayong (2023), serta Sedahan Tempo Dulu dan
Sekarang (2018), yang menunjukkan komitmennya dalam mendokumentasikan
budaya lisan menjadi warisan tertulis.
Ia juga produktif dalam
menerbitkan kumpulan cerpen melalui 13 Cerpen dari Kampung (2013),
yang merupakan potret kehidupan masyarakat pedesaan dengan gaya realis khas
daerah.
Dalam bidang kesenian, Huda
menulis Seni Betuto (2023) dan Permainan Musik Laut dan Sejarah
Karimata (2024), yang menjadi referensi penting bagi pelestarian seni
tradisional Kayong Utara.
Tak hanya itu, Huda juga menaruh
perhatian besar terhadap adat istiadat, yang ia tuangkan dalam buku Adat
Istiadat Negeri Simpang Matan (2023) dan Cagar Budaya Simpang Matan
(2023), dua karya penting dalam upaya konservasi nilai budaya lokal.
Dengan lebih dari 15 karya yang
telah diterbitkan, Miftahul Huda tidak hanya menjadi penulis, tetapi juga
pelestari warisan budaya Kalimantan Barat. Karyanya banyak digunakan sebagai
bahan kajian, referensi pendidikan, hingga sumber dokumentasi kebudayaan daerah.
Ia secara konsisten memanfaatkan teknologi digital melalui platform blog dan
situs web untuk menyebarluaskan tulisannya agar dapat diakses publik lebih
luas.
Melalui kiprah literasi ini,
Huda telah memberikan sumbangsih besar terhadap pembangunan intelektual dan
kebudayaan di Kayong Utara dan Kalimantan Barat secara umum. Ia menjadi figur
penting dalam gerakan literasi lokal yang menghubungkan masa lalu, masa kini,
dan masa depan melalui tulisan.
Kiprah Miftahul Huda dalam Bidang Cagar Budaya di Kayong Utara
Miftahul Huda merupakan salah satu tokoh yang sangat aktif
dalam pelestarian dan pengembangan cagar budaya di Kabupaten Kayong Utara.
Komitmennya terhadap pelestarian warisan sejarah dan budaya daerah ditunjukkan
melalui berbagai kegiatan riset, dokumentasi, penulisan, hingga keterlibatan
langsung dalam tim pelestarian resmi pemerintah daerah.
Sejak
tahun 2022, Huda tercatat sebagai anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB)
Kayong Utara, lembaga resmi yang bertugas mengkaji, menilai, dan
merekomendasikan objek cagar budaya di wilayah kayong utara. Ia bersama tim secara
aktif mendokumentasikan dan menulis berbagai aspek budaya dan sejarah lokal
yang berkaitan langsung dengan pelestarian cagar budaya. Salah satu karya
pentingnya bersama tim adalah "Arsip Riset Cagar Budaya Kayong
Utara" (2020), yang merupakan kumpulan hasil kajian dan dokumentasi
benda, situs, dan kawasan. Melalui buku tersebut, ia berusaha menjembatani
antara pengetahuan ilmiah dan pengetahuan masyarakat agar cagar budaya tidak
hanya dimiliki secara administratif, tetapi juga dipahami secara substansial
oleh warga.
Tidak
hanya menulis, ia bersama tim juga melakukan alih aksara manuskrip kuno—sebuah
kerja filologis penting dalam pelestarian budaya tertulis. Dua karyanya yang
monumental dalam bidang ini adalah Alih Aksara Manuskrip Asal Usul Bangsa
Alkadire dan Hubung Kaitnya dengan Kerajaan di Kalimantan Barat serta Alih
Aksara Manuskrip Silsilah Kerajaan Sambas & Hubungan dengan Sukadana
(2024). Kedua karya ini membuka wawasan baru tentang sejarah kerajaan-kerajaan
Melayu di Kalimantan Barat dan menjadi bahan penting dalam pelestarian
identitas budaya.
Ia
juga menulis buku Cagar Budaya Simpang Matan serta Sukada (2022 - 2023),
yang berisi informasi lengkap mengenai warisan sejarah dan budaya Kerajaan Sukadana,
Simpang Matan, salah satu entitas sejarah penting di wilayah Kayong Utara.
Dalam buku ini, ia tidak hanya menyajikan data, tetapi juga mengangkat
nilai-nilai budaya yang masih relevan dalam kehidupan masyarakat saat ini.
Sebagai
Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kayong Utara, peran Miftahul Huda
tidak hanya terbatas pada penciptaan karya, tetapi juga aktif dalam upaya
konservasi dan pengakuan resmi warisan budaya. Dedikasinya yang luar biasa
telah menjadikan dirinya salah satu pilar utama dalam menjaga dan mempromosikan
kekayaan budaya Kayong Utara, memastikan bahwa warisan tak benda yang berharga
ini dapat terus hidup dan dikenal oleh generasi mendatang.
Lebih
dari sekadar akademisi atau penulis, Huda berperan sebagai penggerak
komunitas budaya. Melalui lembaga yang ia dirikan seperti Komunitas
Simpang Mandiri dan program Literasi Sejarah Tanah Kayong, ia
mengajak generasi muda untuk mengenali dan mencintai warisan budaya daerah
mereka. Pendekatannya tidak elitis, tetapi membumi, menjadikan budaya sebagai
sesuatu yang hidup dan dekat dengan masyarakat.
Dengan
kerja konsisten selama lebih dari satu dekade, Miftahul Huda telah menjadi salah
satu sosok sentral dalam upaya pelestarian warisan budaya di Kayong Utara. Ia
membuktikan bahwa pelestarian budaya tidak cukup hanya mengandalkan kebijakan
pemerintah, tetapi juga butuh inisiatif warga yang memahami, menghargai, dan
bekerja secara nyata di lapangan.
Kiprah Miftahul Huda dalam bidang WBTB tidak lepas dari
perannya sebagai Ketua Lembaga Simpang Mandiri, sebuah organisasi yang
menjadi wadah produktif bagi berbagai karya dokumentasi budaya. Komitmennya
terlihat dari rentang waktu produksi film-film dokumenter dan buku-buku yang ia
hasilkan sejak tahun 2009. Sebagian besar karya tersebut didanai secara swadaya
atau melalui kolaborasi dengan berbagai instansi kebudayaan.
Miftahul
Huda telah menghasilkan serangkaian film dokumenter yang menjadi jendela bagi
masyarakat luas untuk mengenal WBTB Kayong Utara. Beberapa karyanya yang paling
menonjol meliputi:
- Senggayong
(2015):
Film dokumenter ini menjadi salah satu karya awalnya yang sangat penting,
mengangkat kesenian khas Sukadana yang hampir punah. Produksi LSM ini,
didanai oleh Dinas Pendidikan & Kebudayaan, bahkan berhasil masuk
dalam 10 besar nominasi tingkat Nasional Festival Film Kebudayaan Tahun
2015, menunjukkan kualitas dan signifikansinya dalam skala nasional.
- Bubu
Ghaib (2018):
Sebuah film yang menggali permainan tradisi Bubu serta unsur mistis di
baliknya.
- Mandi
Safar (2019):
Merekam tradisi masyarakat Simpang Matan yang dilaksanakan setiap tahun
pada Rabu terakhir bulan Safar. Film ini, bersama dengan upaya Miftahul
Huda lainnya, turut mendampingi pendaftaran Mandi Safar hingga berhasil
diakui sebagai WBTB Nasional pada tahun 2023.
- Syair
Gulung (2019):
Film dokumenter ini menyoroti seni syair gulung khas Ketapang, yang
kemudian juga berhasil diakui sebagai WBTB. Karya ini bahkan meraih
penghargaan dari BRIN pada tahun 2020, sebuah pengakuan atas
kontribusinya dalam pendokumentasian budaya. Masyarakat Simpang Matan lebih
lazim menyebutnya 'Kengkarangan', 'Engkarang', atau 'Kengkarang'.
- Asal
Usul Suku Melayu Kayong (2019): Mengisahkan pembentukan suku Melayu Kayong yang unik,
hasil perpaduan berbagai suku dan perjalanan lintas peradaban. Film ini
juga meraih penghargaan dari BRIN pada tahun 2022, menegaskan
kualitas riset dan penyajiannya.
- Kacapi
Dayak (2022):
Sebuah dokumenter yang mengisahkan perjuangan anak-anak di sekitar Sungai
Kahayan dalam melestarikan budaya mereka, salah satunya melalui alat musik
kacapi.
- Betangas
(2022):
Merekam tradisi Betangas, sebuah ritual pemandian tradisional yang
diyakini memiliki manfaat kesehatan dan sering dilakukan menjelang
pernikahan.
- Semah
Laot (2022):
Film dokumenter ini menjelaskan tradisi Semah Laot, yaitu jamuan makanan
untuk makhluk halus, yang akarnya terkait dengan pengaruh bahasa Melayu
masa kejayaan Malaka. Film ini menjadi salah satu dari dua WBTB yang
berhasil didampingi Miftahul Huda hingga diakui secara nasional pada
tahun 2023.
- Dukon
Patah (2022):
Mendokumentasikan praktik pengobatan tradisional yang menangani patah
tulang.
- Bebotok
(2022):
Mengenalkan Bebotok daun Mengkudu, makanan khas Sukadana yang menggunakan
ikan tenggiri dan rempah-rempah.
- Jepin
Pintal Tali (2022):
Menyoroti salah satu jenis tari Jepin yang langka dan hampir punah di
Kayong Utara.
- Beladang
Simpang (2021):
Menggali praktik bercocok tanam tradisional masyarakat Negeri Simpang yang
menjunjung tinggi nilai adat dan kearifan lokal. Film ini juga meraih
penghargaan dari BRIN pada tahun 2022.
- Seni
Betuto Simpang Matan (2023): Mendokumentasikan seni bercerita lisan yang menjadi
bagian keseharian masyarakat Simpang, sebanding dengan cerita rakyat atau
folklor.
- Nujum
Melayu (2023):
Menampilkan sosok Mustafa (Datok Tapa) yang masih menggunakan ilmu nujum
Melayu klasik di Desa Nipah Kuning, Simpang Hilir. Film ini juga meraih
penghargaan dari BRIN pada tahun 2022.
- Kengkarangan
(2021):
Mendalami syair gulung atau kengkarangan, bentuk sastra lisan lain di
Simpang Matan.
- Pantan
Besi (2022) dan Jejak Cagar Budaya Sukadana (2021): Dua film dokumenter yang
berfokus pada cagar budaya fisik dan sejarah daerah, menunjukkan cakupan
minat Huda yang luas dalam warisan budaya.
Kiprah
Miftahul Huda dalam mendokumentasikan dan menghidupkan kembali warisan budaya
Kayong Utara tak hanya terbatas pada film-film dokumenter Warisan Budaya Tak
Benda (WBTB) atau karya tulisnya. Salah satu pencapaian gemilang yang menarik
perhatian luas adalah film "Perang Belangkaet", sebuah karya
bergenre sejarah yang ditulis olehnya dan dirilis pada tahun 2020.
Film
"Perang Belangkaet" bukan sekadar tontonan biasa; ia adalah sebuah
narasi visual yang berhasil menangkap esensi sebuah peristiwa penting dalam
sejarah lokal Kayong Utara. Dengan sentuhan tangan Miftahul Huda sebagai
penulis, film ini mampu menghidupkan kembali kisah heroik dan strategis dari
masa lalu, menyajikannya dalam format yang mudah dicerna dan menginspirasi.
Dampak
film "Perang Belangkaet" terasa sangat signifikan, melampaui
ekspektasi. Popularitasnya terbukti dari jumlah penayangan di kanal YouTube
Kayong TV yang telah mencapai ratusan ribu view. Angka ini bukan
sekadar statistik, melainkan cerminan dari tingginya minat masyarakat, baik di
Kayong Utara maupun di luar, terhadap sejarah lokal yang disajikan secara apik.
Lebih
dari sekadar hiburan, "Perang Belangkaet" juga telah menemukan
tempatnya dalam dunia pendidikan. Film sejarah ini lazim diputar di
sekolah-sekolah di Kalimantan Barat dan menjadi bagian integral dari
materi pembelajaran. Ini adalah pencapaian luar biasa, menunjukkan bahwa
Miftahul Huda berhasil menciptakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur,
tetapi juga memiliki nilai edukasi yang tinggi dan relevan bagi generasi
muda. Melalui film ini, pelajaran sejarah yang mungkin terasa kering di buku
teks menjadi hidup, dekat, dan lebih mudah dipahami oleh para siswa,
menumbuhkan rasa cinta dan penghargaan terhadap akar sejarah daerah mereka.
"Perang
Belangkaet" menjadi bukti nyata kontribusi Miftahul Huda dalam
melestarikan sejarah tak benda melalui medium film. Keberhasilannya tidak hanya
mengukir namanya sebagai penulis dan sineas lokal, tetapi juga sebagai jembatan
penghubung antara masa lalu dan masa kini, memastikan bahwa kisah-kisah heroik
leluhur terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus di Kayong
Utara.
Miftahul Huda dan Warisan Digitalnya
Kiprah
Miftahul Huda bersama tim sebagai penjaga dan pewarta warisan budaya di Kayong
Utara tidak hanya melalui media film dan
tulisan.
Ia juga
memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan pengetahuan, melestarikan
arsip, dan membangun kesadaran kolektif tentang kekayaan budaya daerah. Sejak
tahun 2009, ia telah merintis dan mengelola berbagai media digital yang menjadi
sumber informasi tak ternilai.
Pilar utama kiprah warisan
digitalnya adalah kanal YouTube Kayong TV. Dirintis sejak
tahun 2009, kanal ini telah berkembang menjadi arsip visual yang luar biasa,
menampung lebih dari 1.600 video. Kayong TV tidak sekadar
menyajikan hiburan; ia adalah harta karun digital yang berisi ulasan mendalam
tentang sejarah, budaya, dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Dari ritual
adat yang langka, kisah-kisah kerajaan masa lampau, hingga pemaparan ilmu
pengetahuan lokal, Kayong TV menjadi medium utama untuk menghidupkan kembali
dan mempopulerkan narasi-narasi yang terancam punah.
Selain Kayong TV, Miftahul Huda
juga mengelola sebuah jaringan blog yang berfungsi sebagai bank data digital
dan pusat informasi tematik:
- www.simpangmandiri.com:
Blog ini adalah pusat arsip digital untuk kegiatan Lembaga Simpang Mandiri,
organisasi yang dipimpin oleh Miftahul Huda. Di dalamnya, pengunjung dapat
menemukan berbagai ulasan sejarah dan dokumen digital penting lainnya yang
berkaitan dengan upaya pelestarian budaya.
- www.wartakayong.com:
Bertindak sebagai portal berita dan artikel, mengenai peristiwa serta
perkembangan di Kayong Utara.
- warisantanjungpura.blogspot.com:
Didedikasikan khusus untuk informasi seputar cagar budaya, blog ini
menjadi rujukan penting bagi siapa saja yang ingin mendalami peninggalan
sejarah dan arkeologi di Kayong Utara.
- kerajaansimpangmatan.blogspot.com:
Blog ini fokus pada sejarah Kerajaan Simpang Matan, salah satu entitas
politik penting di masa lalu Kayong Utara. Ia menyajikan informasi detail
tentang silsilah, peristiwa, dan peninggalan kerajaan tersebut.
- kayongtourism.blogspot.com:
Berfungsi sebagai panduan wisata, blog ini mempromosikan berbagai
destinasi wisata menarik di Kayong Utara, dari keindahan alam hingga
kekayaan budaya yang dapat dijelajahi wisatawan.
- www.nukayong.com:
Blog ini secara khusus mengulas berbagai kegiatan keagamaan, memberikan
wawasan tentang kehidupan spiritual dan dinamika organisasi keagamaan di
Kayong Utara.
Kiprah digital
Miftahul Huda juga merambah ke media sosial. Ia aktif mengelola akun media
sosial untuk TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kayong Utara, sebuah badan
yang memiliki peran krusial dalam identifikasi dan penetapan cagar budaya.
Selain itu, ia juga mengelola media sosial Lembaga Adat
Perundohan Tanah Simpang (PRTASIM), yang menunjukkan komitmennya
dalam memperkuat peran lembaga adat dan melestarikan nilai-nilai tradisional di
tengah masyarakat.
Melalui sinergi antara kanal
YouTube, jaringan blog, dan pengelolaan media sosial, Miftahul Huda telah
menciptakan sebuah ekosistem digital yang kuat. Ini bukan sekadar hobi,
melainkan sebuah misi untuk memastikan bahwa sejarah, budaya, dan kearifan
lokal Kayong Utara tidak hanya terdokumentasi dengan baik, tetapi juga dapat
diakses, dipelajari, dan dihargai oleh generasi kini maupun yang akan datang.
Ia adalah contoh nyata bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk tujuan pelestarian dan edukasi budaya.
Berikut beberapa hasil karya film Huda bersama dengan tim:
NO |
JUDUL FILM |
LINK FILM |
1 |
CINTA
(Capai Impian dan Cita-cita) Genre Fiksi |
|
2. |
EVOLUSI
SEKOLAH BUANGAN Genre Dokumenter Drama |
Link Cuplikan: https://www.youtube.com/watch?v=TsVcF7mWv24 |
3 |
PADAMNYA
LENTERA Genre Fiksi |
|
4 |
DEMI
MERAH PUTIH Genre Fiksi |
|
5 |
MENABUR
CINTA DI BUMI KITA Genre Fiksi |
|
6 |
PARA
PEMANGKU HUTAN Genre Fiksi |
|
7 |
JEJAK
PENDIDIKAN GRATIS KKU Genre Dokumenter |
|
8 |
BERIBU
PULAU BERJUTA HARAPAN Genre Dokumenter |
https://www.youtube.com/watch?v=Dl7Ob0rBHt8&t=264s |
9 |
QASIDAH
KAMPUNG |
https://www.youtube.com/watch?v=hP9npS2DNRg |
10 |
MDM
Genre Fiksi |
|
11 |
LANGIT
BIRU TANAH BERTUAH Genre Dokumenter |
|
12 |
UJANG
TAMPOY NAIK UTO Genre Fiksi |
|
13 |
ALBUM
LAGU MELAYU KKU Video
Clip |
https://www.youtube.com/watch?v=9ezCH6r45QA&list=PL--uIt_O6M0MmCNcXlb6wGr6bG7gHPQ91 |
14 |
SATRIA
BUDAYA Genre Dokumenter Juara
1 Film Tingkat Provinsi Kal Bar 2016 |
|
15 |
UJANG
TAMPOY Genre Fiksi |
|
16 |
SENGGAYONG
Genre Dokumenter 10
Besar Nominasi tingkat Nasional Festival Film Kebudayaan |
|
17 |
JEJAK
CAGAR BUDAYA KAYONG UTARA Genre Dokumenter |
|
18 |
PENDEKAR
BERTUTUR Genre Dokumenter Juara
1 Festival Film Kalbar 2017 |
|
19 |
ADA
APA DENGAN SILA Genre Fiksi Penata
Suara terbaik Festival Film Kalbar 2018 |
|
20 |
JEJAK
TANJUNG PURA Genre Dokumenter |
|
21 |
UTARI
Genre Fiksi Pemenang
Festival Film Prov. Kalbar Tahun 2015 |
|
22 |
TERIMA
KASIH BAPAK Genre
Doku Drama Katagori
Film Inspiratif pada Festival Film Nasional di Manado Tahun 2016 |
https://www.youtube.com/watch?v=HtbC41hGVe4 |
23 |
BUNGE
ARUM CEMPANE (Genre Fiksi) |
https://www.youtube.com/watch?v=74O3ALfnWg8&list=PLlnsD7HurkgNR-S1PuL8QMlkZWc8lCmp- |
24 |
NIRMALA Genre Fiksi Pemenang festival Film Kalbar 2019 |
|
25 |
POLTAK
HYDRO Genre Dokumenter Peraih penghargaan dari BRIN 2021 |
|
26 |
BUBU
GHAIB |
|
27 |
MANDI
SAFAR |
|
28 |
DESA
EKS LOGER Genre Dokumenter |
|
29 |
SEJARAH
TELUK BATANG Genre Dokumenter |
|
30 |
SYAIR
GULUNG Genre Dokumenter Peraih penghargaan dari BRIN 2020 |
|
31 |
NASIBMU
TAK SEGIRUH IKAN TERI Genre Dokumenter |
|
32 |
ASAL
USUL SUKU MELAYU KAYONG Genre Dokumenter Peraih penghargaan dari BRIN 2022 |
|
32 |
PERANG
BELANGKAET Genre Fiksi Sejarah |
|
33 |
KIRANA
: Sebuah Mantra di Karimata Genre Fiksi Peraih Penghargaan dari BRIN 2022 |
|
34 |
KACAPI
DAYAK Genre Dokumenter |
|
35 |
SAFAR
BUANG SIAL Genre Fiksi Peraih Penghargaan dari BEKRAF 2021 |
|
36 |
RIMBA
KUMANG Genre Fiksi Peraih Penghargaan dari BEKRAF 2022 |
|
37 |
HARMONI Genre Fiksi Juara 1 Lomba Film Kalbar 2022 |
|
38 |
KENGKARANGAN
Genre Dokumenter |
|
39 |
BELADANG
SIMPANG Genre Dokumenter Peraih Penghargaan dari BRIN 2022 |
|
40 |
BETANGAS Genre Dokumenter |
|
41 |
SEMAH
LAOT Genre Dokumenter) |
|
42 |
DUKON
PATAH Genre Dokumenter |
https://www.youtube.com/watch?v=xJXC5SVCZJo |
43 |
BEBOTOK Genre Dokumenter |
|
44 |
JEPIN
PINTAL TALI Genre Dokumenter |
|
45 |
PANDAN
TIKAR Genre Dokumenter |
|
46 |
PARIWISATA
KAYONG Genre Dokumenter |
|
47 |
PANTAN
BESI Genre Dokumenter |
https://www.facebook.com/100080008007267/videos/1136780150255733 |
48 |
JEJAK
CAGAR BUDAYA SUKADANA Genre Dokumenter |
|
49 |
SENI
BETUTO SIMPANG MATAN Genre Dokumenter |
|
50 |
NUJUM
MELAYU Genre Dokumenter Peraih Penghargaan dari BRIN 2022 |
Karya tulisan yang telah dihasilkan Miftahul Huda, yaitu:
1.
Seni Teater dan Pengembangan Diri, 2008, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/buku-seni-teater-dan-pengembangan-diri.html
2.
Novel Mega Merah Saksi Bisu, 2009, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/mega-merah-saksi-bisu.html
3.
Novel
Mega Merah Saksi Bisu II, 2011, link : https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/msb-ii.html
4.
Jurnal Penelitian Sejarah Kerajaan Simpang Matan, 2013, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/jurnal-sejarah-kayong-utara-tahun-2020.html
5.
Kumpulan Cerpen Kayong Utara, 2013
link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/13-cerpen-dari-kampung.html
6.
Cerita Rakyat Kayong Utara, 2017, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/cerita-rakyat-kayong-utara-2017.html
7.
Sedahan Tempo Dulu dan Sekarang,
2018, link : https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/sedahan-tempo-dulu-dan-sekarang-2018.html
8.
Arsif Riset Cagar Budaya Kayong Utara Tahun 2020, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/arsip-riset-cagar-budaya-2011-2020.html
9.
Seni Betuto, 2023, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/buku-seni-bertuto-negeri-simpang-matan.html
10. Sejarah dan Cerita Rakyat Tanah
Kayong, 2023, link: https://warisantanjungpura.blogspot.com/2023/04/sejarah-dan-cerita-di-tanah-kayong.html
11. Buku Adat Istiadat Negeri Simpang
Matan, 2023, link : https://www.simpangmandiri.com/2024/08/download-arsip-buku-adat-istiadat.html
12. Buku Cagar Budaya Simpang Matan, 2023,
link: https://www.simpangmandiri.com/2024/08/download-buku-cagar-budaya-simpang-matan.html
13. Sejarah Perang Belangkat, 2023, link: https://www.simpangmandiri.com/2024/08/dwonload-buku-sejarah-perang-belangkaet.html
14. Alih Aksara Manuskrip Asal Usul Bangsa
Alkadire dan Hubungkait dengan Kerajaan di Kalimantan Barat, 2024, link: https://www.simpangmandiri.com/2024/08/download-alih-aksara-manuskrip-asal.html
15. Alih Aksara Manuskrip Silsilah
Kerajaan Sambas & Hubungan dengan Sukadana, 2024, link: https://www.simpangmandiri.com/2024/08/download-alih-aksara-manuskrip-silsilah.html
16. Buku Permainan Musik Laut dan Sejarah
Karimata, 2024.
Selain karya
tulisan dalam bentuk novel dan buku di atas, Huda berama rekannya juga
mengelola kanal yutube bertema kebudayaan dan sejarah, yakni Kayong Tv. Selain
itu, dia juga menulis di blog:
1.
https://www.simpangmandiri.com/
2.
https://kerajaansimpangmatan.blogspot.com/
3.
https://warisantanjungpura.blogspot.com/
4.
https://www.wartakayong.com/
5.
https://kayongtourism.blogspot.com/
6.
Dan
lain lain.
0 Komentar