Kisah Raden Panji Rajune dan Ayam Jogok

 



Raden Panji Rajune dan Ayam Jogok

  Penutur: Raden Jamahari (Medan Jaya) 
Penulis & editor : Miftahul Huda & Hasanan
Ilustrator : Supriono


Tersebutlah kisah seorang Raja beristri dua. Istri pertama bernama Siti Rejenah. Sedangkan istri kedua, dalam cerita tidak disebutkan namanya. Kedua istri Raja ini tent memiliki karakter yang berbeda. Istri pertama berperangai penurut, sedangkan istri kedua memiliki sifat tamak.


Tanpa diketahui sang Raja, istri keduanya memiliki niat busuk. Dia ingin menyingkirkan Pemaisuri, yaitu Siti Rajenah. Berbagai cara dia lalukan untuk menjatuhkan dan memfitnah Pemaisuri. Sehingga muncul bermacam masalah dan fitnah dalam istana.Melihat situasi istana yang kacau balau, Raja memanggil Perdana Menteri untuk berunding. Raja meminta pendapat Perdana Meteri, apa yang harus dia lakukan. Siapa yang telah menyebabkan istana menjadi kacau. Siapa pembawa sial, sehingga istana menjadi seperti ini. Masukan Perdana Menteri, sang Raja harus memanggil Ahli Nujum Negera. Agar Ahli Nujum dapat menilek¹, apa penyebab dari kekacauan tersebut.


Akhirnya Raja memerintahkan Perdana Menteri memanggil Ahli Nujum menghadap. Sebelum Raja memanggil Ahli Nujum ke istana, istri keduanya telah mendengar pembicaraan suaminya dengan Perdana Meteri. Sebelum pegawai istana mendatangi Ahli Nujum, istri kedua Raja terlebih dahulu menemui Ahli Nujum. Istri kedua Raja telah membuat kesepakatan dengan Ahli Nujum, bahwa jika ditemukan hal yang jahat-jahat dalam tentemasan² Ahli Nujum pada dirinya, tuduhkan ke Siti Rajenah sang Pemaisuri. “Jike kau nenemas³ (betemas) nanti, mun nang ndak bagos kabakan itu Siti Rajenah, nang bagos-bagos arahkan ke aku. Nanti kau kuberik duet dan jabatan mah,” pujuk istri kedua Raja kepada Ahli Nujum.

Ternyata, sejak dulu sogok-menyogok/sopoi-menyopoi sudah ada. Demi mewujudkan ambisinya, berbagai cara dilakukan istri kedua sang Raja. Dia rela menyogok Ahli Nujum, demi menjatuhkan Permaisuri agar dia terlihat baik di mata suaminya. Ketawak¹ pun terdengar membahana keseluruh negeri. Raja bermaksud memeberitahu/mengumumkan ke sekabeh¹¹ warga negerinya. Bahwa dia akan menilek 2 istrinya, mana yang membawa sial dalam istananya. Mendengar suara ketawak kerajaan, warga negeri berdatangan. Setelah rakyat berkumpul, pejabat kerajaan pun mengumumkan ikhwal niat sang Raja.

Dihadapan Raja, pejabat istana dan rakyat kerajaan, telah duduk istri pertama dan istri kedua Raja. Istri pertama tampak pasrah dan ikhlas dengan apapun hasil dan keputusan dari tentemasan Ahli Nujum. Sementara, istri kedua senyum-senyum seolah tak bersalah, dan merasa yakin usahanya berhasil. Sebab, istri kedua Raja telah nyogok¹² Ahli Nujum. Tak lama, paduka Raja memerintahkan Ahli Nujum untuk menilek. Setelah beberapa kali menilek dan seolah-olah tampak serius, Ahli Nujum menyampaikan hasil tilekannya¹³ ke Raja.


“Daulat tuanku. Ampon¹ beribu-ribu ampon, sembah patek harap diampon¹. Berdasarkan penilekan¹ patek, sebenanye yang membawa sial di istana ni istri tue¹ yang mulie¹ Siti Rajenah, bukan istri kedua’ yang mulie. Ampon beribu-ribu ampon tuanku,” papar Ahli Nujum ke baginda Raja.

 


“Daulat tuanku. Ampon¹ beribu-ribu ampon, sembah patek harap diampon¹. Berdasarkan penilekan¹ patek, sebenanye yang membawa sial di istana ni istri tue¹ yang mulie¹ Siti Rajenah, bukan istri kedua’ yang mulie. Ampon beribu-ribu ampon tuanku,” papar Ahli Nujum ke baginda Raja.


Mendengar penjelasan Ahli Nujum demikian, Siti Rajenah cuma terdiam. Wajahnya lesu, hatinya terasa beku. Fitnah ini begitu besar baginya. Tapi apa daya, dia tidak bisa berbuat banyak. Sifat lugu dan penurutnya, dimanfaatkan oleh madunya (istri kedua Raja) yang sedarakah. Dia hanya pasrah kepada Yang Kuasa, karena dia yakin dengan kebesaran Allah SWT. Kelak Allah akan tujukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang terpenting saat ini, dia berpikir bagaimana mengurus dan membesarkan buah hatinya yang masih bayi.

Si istri kedua merasa besar kepala. Dihadapan Raja, pejabat istana dan rakyat dia senyum-senyum sinis. Dia meraka paling benar dan mulia. Tanpa merasa berdosa, dia membusungkan dada. Seolah dia yang paling pantas menjadi pemaisuri sesungguhnya, bakan Siti Rajenah. Tanpa menaruh curiga, Raja langsung pecaya saja dengan terawangan Ahli Nujum. Sebab selama ini Ahli Nujum tidak pernah membohongi Raja. Tapi, karena uang yang besar dan janji jabatan yang tinggi dari istri kedua Raja, Ahli Nujum yang baik berubah jadi zalim. Padahal Ahli Nujum tahu resikonya jika Raja tahu, nyawanya menjadi taruhan.


Hukuman penggal siap menanti, jika kebohongannya terbongkar. Dengan berat hati, Raja memantapkan tekadnya untuk mengungsikan Pemaisuri jauh dari istana. Dia memberi titah kepada pejabat istana, agar mengantar Permaisuri dan anaknya tinggal di dalam hutan. Bersama Permaisuri dan anaknya, ikut juga seorang Dayang¹. “Perdana Menteri, perintahkan kepade² hulu balang agar mengantar Pemaisuri ke utan²¹! Siapkan segale pebekalan mereke untok menjalani idop di utan²²!” titah Raja kepada Perdana Menteri.

Beras, padi, benih/bibit sayur-mayur disiapkan untuk Permaisuri menjalani hidupnya di hutan. Sebagai pendamping Permaisuri dan anaknya, ada 1 orang dayang yang ikut, sebagai Mak Inang²³. Setelah dianggap siap, berangkatlah pengawal kerajaan mengatar Pemaisuri dan anaknya ke hutan.

Keluar kampung masuk kampung. Perjalanan ditempuh lebih kurang sebulan. Sebutir telur ayam yang dibekalkan ayahandanya, digengam si balita dalam gendongan ibunya. Selama lebih kurang sebulan perjalanan, telur tersebut tetap melekat dalam genggaman si balita.

Sesampai di hutan, para pengawal kerajaan berjibaku membuatkan pondok untuk tinggal Pemaisuri, anaknya dan Dayang. Ada yang menebang pepohonan untuk persiapan lahan Siti Rejenah bertanam-tanam atau berladang. Setelah semua dipersiapankan, para pengawal kerajaan kembali ke istana. Tinggalah Permaisuri bertiga di dalam hutan belantara.


Di hutan, mereka bercocok tanam beragam sayur dan buah-buahan. Untuk kebutuhan pokok, mereka menanam padi juga. Untuk keperluan lauk-pauk, kadang mereka menanggok² ikan/udang di sungai. Pekerjaan ini sebagian besar dilakukan Dayang/Mak Inang. Sedangakan Pemaisuri fokus menjaga balitanya. Sesekali Pemaisuri turun tangan juga bercocok tanam, gantian Mak Inang yang menjaga balitanya.


Pertumbuhan anak Siti Rejenah semakin semakin baik. Kini balita tersebut sudah pandai merangkak. Sambil merangkak dia bermain dengan telur ayam yang dia bawa dari istana. Anehnya, telur ayam tersebut tidak pecah dimainkannya.


Tak disangka, telur ayam yang digenggam balita tersebut saat digendong ibu dari istana ke utan. Telur yang dia mainkan saban hari ketika dia merangkak, menetas seekor anak anak ayam yang sehat. Jika biasanya usia tetas ayam 3 minggu saja jika dieram, ini berbulan-bulan baru menetas. Seharusnya telur tersebut, rusak, busuk atau pecah karen menjadi mainan anak Siti Rejenah. Tapi malah menetaskan anak ayam.


Sekarang si balita tersebut punya teman bermain, anak ayam. Satu-satunya teman yang setia mendampingi dia saat ibunya sedang bekerja. Saban hari, dia bermain dengan ayam tersebut, sehingga keakrabannya seperti sesama manusia. Ayam tersebut pun semakin hari semakin besar, menjadi ayam jogok². Jogok yang gagah dan mengerti bahasa tuannya.

 

Tak terasa, anak Permaisuri semakin tumbuh remaja. Anak yang bernama lengkap
Raden Panji Rajune tersebut, kini sudah bisa berbicara dengan lancar. Pemikirannya tumbuh
kritis seiring pertumbuhan badannya. Suatu ketika, dia bertanya dengan ibunya, kemana
ayahnya.



“Mak, kemane bapak te’²? Emang saye ndak punye bapak ke?², tanya kritis Raden Panji
Rajune ke ibunya. Permaisuri pun menceritakan ikhawal bapak anaknya, dan cerita hidup
mereka hingga mereka tinggal di hutan.


Rasa tersayat sembilu. Hatinya pedih ketika mendengar cerita pilu ibunya difitnah, dan
diusir dari istana. Tetesan air mata ibunya, membuat dadanya sesak. Di benaknya, dia nekad
mencari ayahandanya.


Tekadnya sudah bulat. Dia berpamitan dengan ibunya, bahwa dia ingin pergi mencari
ayahnya, yaitu raja yang telah mengusir ibunya. Sebetulnya ibunya berat mengijikannya
mencari bapaknya. Tapi Pemaisuri sadar, bahwa dia tidak boleh melarang anaknya ketumu
bapaknya.


Dengan berbekal sedanya, setelah mendapat restu ibunya, dia pun berangkat. Tak
lupa ayam jogok kesayangannya dikepet² juga. Setelah perjalanan panjang, sampailah
Raden Panji Rajune sebauh kerajaan. Mampirlah dia menyapa pengawal di gerbang istana,
bertanya dan menceritakan bahwa dia ingin mencari bapaknya. Di jawab pengawal istana
bahwa mereka tidak mengenal bapak Raden Panji.

 

“Baeklah² kalau kalian ndak kenal bapak saye³. Saye maok³¹ ketemu raje³² kalian, maok
ngajak³³ raje besabong³. Tolong beri tau raje kalian! ajak Raden Panji Rajune kepada raja di
kerajaan tersebut.


Pengawal pun memberitahu Raja mereka ikhwal tawaran Raden Panji. Mendengar ada
yang ingin adu ayam jantan, Raja pun mempersilakan Raden Panji masuk menghadap. Pada
masa itu, mengadu ayam menjadi kebiasaan raja-raja ketika itu.


Setelah Raden Panji Rajune menghadap paduka Raja, dialog antara mereka terjadi.
Raja menanyakan maksud kedatangan Raden ke istana. Raden Panji menceritakan niatnya
ingin adu ayam jago dengan sang raja tersebut.


“Hahaha…. Ayam kau kecik³, nak³ melawan ayam aku. Mun³ kau menang, aku berikan
sebagian negeri ini ke kau. Mun kau kalah, aku penggal leher kau,” hardik Raja meremehkan
ayam Raden Panji yang lebih kecil dibanding ayamnya.


“Baek yang mulie, saye siap menerima resiko apepon³ yang mulie, jawab Raden Panji
Rajune percaya diri dan semengat tanpa rasa takut. Mereka masing-masing mengeluarkan
ayam jagonya.


“Haha…. Mun kau menang boleh-bolehlah. Ayam aku neh³ udah berape kali ngalahkan
dan matikan ayam urang⁴⁰ , cibir Raja ke Raden Panji, meremehkan ayam Raden Panji.
Raja pun mengeluarkan ayam jogok andalannya. Dia yakin ayamnya akan menang
melawan ayam Raden Panji. Sementara, sebelum berlaga, Raden Panji berdendang dan
membelai ayam kesayangannya.

“Hai berkokoklah ayam jalak jemiring! Ayam berkokok sambel berseloke¹, membawa kate
gile gerang raje sekali². Siti Rejenah dibuang di dalam hutan belantare, meranakan³ Raden
Panji Rajune,” nyanyian Raden Panji Rajune sambil mengelus-elus ayamnya.



Setelah berdengdang dan mengelus ayamnya, ayam Raden Panji langsung berkokok.
Selesai berkokok langsung menyerang ayam Raja tersebut. Hanya dengan beberapa kali
pukulan saja, ayam Raja langsung keok terkapar.


Raja jadi heran, mengapa ayam Raden Panji bisa menang. Padahal ayam Raja tersebut
ayam andalannya, yang telah beberapa kali memenangkan laga sabung.


“Gaimane ceritenye⁴⁴ ayam kau bise⁴⁵ menang ni? tanya raja penasaran, tatapannya
kosong, karena penasaran campur kesal.


“Ndak tau gak am tuanku⁴⁶, jawab singkat Raden Panji kepada Raja.

 

Raja dulu memegang janji. Karena dia telah berjanji kepada Raden Panji Rajune, akan
menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya. Dan janji tersebut ditunaikan sang Raja.
Sebagian dari wilayah kerajaannya diserahkannya ke Raden Panji Rajune. Raden Panji pun
pulang membawa kemenangan. Sayangnya, dia tidak menemukan bapak kandungnya.


Raden Panji menceritakan ke ibunya ikhwal dia menang besabong. Bahwa dia
mendapatkan sebagian dari wilayah kekuasaan Raja, sebagai akad taruhan besabong
dengan Raja. Tetapi jika dia kalah, maka lehernya akan dipenggal Raja.

 

Raden Panji tak putus asa. Dia akan terus mencari bapaknya hingga ketemu. Seminggu
lagi, dia berencana membawa ayam jogoknya ke negeri lain. Tujuannya, mencari bapaknya
sambil nyabong⁴⁷ ayam. Sekitar seminggu selebas laga ayam, Raden Panji Rajune berangkat
lagi ke negeri lain.

Dengan membawa ayam jago dan buntel sebutik⁴⁸, Raden Panji melangkah pergi meninggalkan rumahnya. Berhari-hari dia berjalan, akhirnya sampai di suatu kerajaan. Di depan gerbang istana,
para hulu balang (tentara kerajaan) telah siaga. Hulu balang mengepang di gerbang, menghadang agar Raden Panji tidak nyelonong masuk. Setelah terjadi dialok antara dia dan hulu balang. Hulu balang menanyakan Apa tujuan Raden Panji, dan Raden Panji pun menjelaskan tujuannya. Walaupun sempat diejek hulu balang karena ayamnya kecil, akhirnya dia diijinkan ketemu Raja.

 

Lagi-lagi, sang Raja mentertawakan Raden Panji, karena melihat ayamnya yang kecil. Sedangkan ayam jogok Raja besar-besar. Karena Raja memiliki banyak koleksi ayam jogok andalan. Turunlah Raja, Raden Panji dan lainnya ke tempat laga ayam. Raden Panji hanya sendiri, tetapi nyalinya tinggi, dan percaya dirinya pun tinggi. Taruhnya sebagian wilayah kerajaan, apabila Raden Panji menang. Jika Raden Panji kalah, maka lehernya akan dipotong algojo sang Raja.

Seperti biasa, belum mulai besabong, Raden Panji mendendangkan dan mengeluselus ayamnya. Syair dan langgamnya sama dengan sebelumnya. “Hai berkokoklah ayam jalak jemiring! Ayam berkokok sambel berseloke, membawa kate gile gerang raje sekali. Siti Rejenah dibuang di dalam hutan belantare, meranakan Raden Panji Rajune,” nyanyian Raden Panji, seolah membaca mantera untuk menyemangati ayamnya.

Setelah dibacakan mantera, ayam Raden Panji mengepakan sayapnya dan berkokok.
Setelah itu langsung menyerang ayam Raja. Hanya dengan beberapa pukul saja, ayam Raja
lunglai/keok. Akhirnya Raden Panji Rajune mendapatkan sebagian wilayah kerajaan dari
taruhan pertamanya.


Raja merasa tak puas. Tak masuk akal, ayam Raden Panji yang kecil bisa mengalahkan
ayam jagonya yang besar dan biasa juara. Raja mengeluarkan ayam jago lain, mengajak
Raden Panji bertarung kembali. Kali ini taruhannya emas, intan dan berlian.


Seperti sebelumnya, hanya dalam beberapa pukul saja, ayam jago Raja kalah lagi. Raja
berpikir, jangan-jangan Raden Panji memiliki kesaktian dan kebal. Ayam Raja yang besar dan
jaura saja, bisa kalah dengan ayam Raden Panji yang kecil. Raja tak berani lagi melanjutkan
laganya. Dia menyerahkan emas, intan dan permata ke Raden Panji.


Raden Panji pulang membawa kemenangan, dapat wilayah dan barang berharga.
Sesampai di rumah, dia jelaskan ke ibunya dari mana dia mendapatkan barang-barang
tersebut. Mendengar penjelasan anaknya, sang ibu merasa senang dan bangga. Mungkin
saat itu adu ayam belum dilarang.

Minggu berikutnya, Raden Panji Rajune pergi merantau lagi ke negeri lain. Tujuan
utamanya tetap mencari bapaknya, sambil menadu ayam dengan raja. Di kerajaan manapun,
ayamnya tak terkalahkan, dan dia mendapatkan sebagian waliayah kerajaan.


Singkat cerita, sampailah Raden Panji ke kerajaan bapaknya. Dia belum tahu bahwa itu
kerajaan bapaknya, yang telah membuang dia dan ibunya. Seperti biasa, di depan istana
dia dihadang dan dicerca dengan beragam pertanyaan. Setelah menjelaskan tujuannya
ingin mengadu ayam dengan Raja, dia pun dipersilakan Raja masuk istana. Pegawai istana
sempat meremehkan ayam Raden Panji yang kecil.


Ketika melihat Raden Panji Rajune dihadapannya, sang Raja merasa terkejut. Orang
yang dihadapannya mirip dengan dia. Pirasatnya mengatakan, “Jangan-jangan ini anakku
yang aku buang dulu.” Namun mau mengaku malu, karena sudah membuang dia dan
ibunya.


“Siape name kau⁴⁹? tanya Raja ke Raden Panji Rajune. Namun pertanyaan Raja tak
dijawab Raden Panji secara langsung. Raden Panji hanya bilang bahwa dia dari hutan.
Raden Panji sudah punya pirasat, bahwa dihadapannya mungkin ayah kandungnya.
“Saye dari utan belantare⁵⁰. Ngengon¹ ayam ini, maok nantang besabong, jawab Raden
Panji Rajune.


Raja pun memerintahkan pegawainya mengeluarkan ayam jagonya. Seperti biasa,
Raja dan Raden Panji telah membuat akad kesepakatan sebagai taruhannya. Jika Raden
Panji kalah, maka akan dihukum pancung. Tetapi jika Raden Panji menang, maka sebagian
dari wilayah kerajaan ini akan menjadi miliknya.

Sebelum besabong, seperti biasa, Raden Panji Rajune berdendang dan membelai
ayamnya. Selesai melantukan syairnya, ayam Raden Panji mengepakan sayapnya dan
bekokok. Setelah itu ayam tersebut langsung memukul ayam bapaknya. Tak lama, ayam
jogok bapaknya keok.

Ini kemenangan kejutuh kalinya. Karena enam negeri yang dilewatinya, sebagian
wilayah keenam negeri tersebut sudah menjadi miliknya. Terakhir, yang ketujuh, mendapat
sebagian lagi dari negeri bapaknya sendiri.


Usai besabong, Raja mengajak Raden Panji masuk ke istana . Bapaknya ingin begalo²
dan menjamu Raden Panji dengan makanan istimewa istana. Raja ingin menyelidiki siapa
Raden Panji sesungguhnya. Karena pirasatnya mengatakan, anak yang ada dihadapannya
adalah anak kandungnya.


“Siape bah name kau sebenanye³, dan kau tinggal dimane⁵⁴? tanya raja menyelidik
Raden Panji.


“Name⁵⁵ saye Raden Panji Rajune. Saye tinggal di utan belantare, jawab Raden Panji
tegas dan tegar.


“Siape name mak⁵⁶ kau? tanya Raja lebih lanjut, memastikan pirasatnya, benarkah
yang dihadapannya anak kandungnya. Raden Panji pun menyebutkan ibunya Siti Rejenah.
Mendengar jawaban Raden Panji Rajune, Raja menangis sejadi-jadinya. Dipeluknya
Raden Panji, dan dia mengatakan bahwa Raden Panji adalah anaknya. Namun Raden Panji
membantah. Jika dia anak Raja, mengapa dia dan ibunya dibuang di hutan belantara. Bahwa
dia anak orang miskin yang terlantar di hutan. Raja tetap bersikukuh mengatakan, bahwa
Raden Panji anak kandungnya.


Akhirnya Raja memanggil Ahli Nujum menghadap. Raja ingin tahu bagaimana cerita
sesungguhnya. Mungkin dia telah terpedaya istri keduanya, sehingga berbuat zalim
terhadap Siti Rejenah dan Raden Panji.

Berceritalah Ahli Nujum. Sesungguhnya Siti Rejenah orang baik, betuah⁵⁷. Dia terpaksa
mengatakan Siti Rejenah yang membawa sial, karena dia ditekan dan diancam istri kedua
Raja. Jika tidak diturutinya, maka istri kedua Raja akan membunuhnya.


Raja memerintahkan memanggil istri keduanya. Ditanya istri keduanya, benarkah
yang diceritkan Ahli Nujum tersebut. Dengan wajah pucat dan isak tangis, istri kedua Raja
mengakui, bahwa dialah yang merencanakan agar Siti Rejenah diusir dari istana.


Karena sudah diketahui Siti Rejenah tidak bersalah, Raja memerintahkan bala hulu
balang menjemput permaisurinya di hutan. Dengan berat hati, Siti Rejenah meninggalkan
tentanaman⁵⁸ dan kebunnya yang telah menghasilkan.


Di istana telah dipersiapkan acara persta penyambutan. Dalam acara tersebut Raja
bertitah, bahwa Raden Panji Rajune adalah anak kandungnya. Raja meminta maaf kepada
Siti Rejenah atas kekhilafannya.


Akhirnya Siti Rejenah kembali menjadi Permaisuri. Sementara, atas kebijaksanaan Raja,
istri keduanya menjadi pembantu Permaisuri. Raja tidak menjatuhkan hukuman berat ke
istri keduanya. Sebagai hukumannya, jadi pembantu Siti Rejenah.

Raden Panji Rajune ingin dinobatkan ayahandanya menjadi raja, mengantikannya.
Namun ditolak Raden Panji dengn halus. Karena Raden Panji merasa telah memiliki wilayah yang luas, dari hasil taruhan adu ayamnya. Biarlah kerajaan ayahnya, menjadi warisan adikadik satu bapak dengannya, yaitu anak dari istri kedua bapaknya. Cukuplah dia yang sengsara, dibuang dan dibesarkan di hutan. Raden Panji tidak ingin adik satu bapaknya, menderita sebagaimana yang dia alami.**

 

Hikmah dan makna dalam cerita:
• Sifat penghasut dan iri hati merupakan sifat tercela, penyakit hati yang dibenci Tuhan. Untuk
menjadi mulia, tak perlu menghasut orang, cukup berbuat baik, maka derajat kita akan
diangkat;
• Sogok, sopoi, suap-menyuap, atau kolusi ialah perbuatan yang dilaknat Tuhan, dosa besar.
Pemberi dan penerima sama hukumnya;
• Kita tidak boleh menzalimi orang lain. Yang bukan hak kita, tak perlu dipaksakan harus
menjadi milik kita. Sifat tamak, iri hati dan penghasut akan merugikan diri kita sendiri;
• Jangan terlalu polos dan pasrah dengan keadaan, kezaliman harus dilawan semampu yang
kita bisa;
• Jangan mudah percaya dengan ramalan seseorang. Jika ramalan itu benar, itu hanya
kebetulan saja, dan akan membuat kita menjadi malas. Jika pun ramalan itu salah, kita sudah
terjebak pada kesyirikan, apa lagi niat kita salah;
• Dalam Islam, tidak dibenarkan menyabung/mengadu ayam dan sejenisnya. Karena perbuatan
tersebut menyiksa binatang, dan termasuk judi atau mengadu nasib;
• Sikap rendah hati dan tidak pendendam, merupakan sifat mulia dan menunjukan akhlak
tinggi. Banyak hikmah dan kemuliaan yang didapat orang yang berperangai demikian;
• Buah dari pengorbanan dan penderitaan seseorang adalah kesusksesan. Contohnya, Raden
Panji Rajune yang bijaksana;
• Menilek¹, artinya melihat, menerawang atau meramal sesuatu;
• Tentemasan², maksudnya: kaedah atau yang berkaitan dalam nenemas/betemas;
• Nenemas³ (betemas), yaitu nujum/meramal dengan menggunakan media tertentu misalnya
air, kunyit dan lainnya;

• Mun nang, artinya jika yang;
• Bagos, artinya bagus;
• Kabakan, kabarkan, bilangkan, sampaikan;
• Kuberik duet, artinya kuberi uang;
• Mah, pemanis kalimat, atau bisa bermakna lah;
• Sogok-menyogok/sopoi-menyopoi, artinya kolusi;
• Ketawak¹ sebutan untuk gong
• Sekabeh¹¹, artinya seluruh, semua;
• Nyogok¹², pembuatan/tindakan kolusi;
• Hasil tilekannya¹³, artinya hasil ramalannya/nujumnya;
• Ampon¹, artinya ampun;
• Sembah patek harap diampon¹, artinya sujud hamba harap diampun;
• Penilekan¹, artinya berdasarkan ramalan/terawangan;
• Tue¹, artinya tua;
• Mulie¹, artinya mulia;
• Dayang¹, yaitu sebutan untuk pembantu pribadi permaisuri;
• Kepade², artinya kepada;
• Utan²¹, artinya hutan;

Posting Komentar

0 Komentar